Miris..! Puluhan Siswa Dua Sekolah di Kabupaten Cianjur Harus Belajar di Bawah Tenda Terpal

Miris..! Puluhan Siswa Dua Sekolah di Kabupaten Cianjur Harus Belajar di Bawah Tenda Terpal
Foto: Puluhan Siswa Dua Sekolah di Kabupaten Cianjur Saat Belajar di Bawah Tenda Terpal

Cianjur | Puluhan siswa di dua Sekolah Dasar Negeri di Desa Bojongkaso, Kecamatan Agrabinta, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat belajar dalam kondisi yang memprihatinkan. 

SDN Ciawitali dan SDN Budisetra yang lokasinya di pelosok Cianjur, sekitar 158 kilometer dari pusat Kota Cianjur dengan waktu tempuh sekitar 8 jam perjalanan mereka harus belajar di bawah terpal di antara reruntuhan bangunan sekolah.

Kepala SDN Budisetra dan Ciwawitali, Suherman, mengatakan kedua sekolah tersebut memang sudah rusak parah dan belum mendapat perbaikan.

“Dari dulu belum ada perbaikan. Kalau SDN Budisetra bangunannya retak sehingga sudah tidak memungkinkan untuk belajar. Kalau SDN Ciawitali memang bangunannya sudah ambruk seluruhnya,” kata dia, Selasa (14/5/2024)

Menurut dia, dengan kondisi bangunan tersebut guru dan orangtua berinisiatif membuat tenda darurat dari terpal.

“Daripada siswa tidak bisa belajar, dibuat terpal ini. Apalagi kan kelas 6 sedang ujian akhir semester, jadinya kita dirikan tenda sementara,” kata dia.

Bahkan, pejabat pendidikan yang membawahi dua sekolah ini terpaksa kredit terpal untuk para siswa belajar.

“Terpal ini saya beli dengan cara kredit. Dibayar per bulan selama tiga bulan. Karena memang tidak ada anggarannya,” kata dia.

Suherman mengaku dirinya sudah sering mengajukan perbaikan dan pembangunan ulang sekolah, namun belum ada kabar akan dibangun.

“Kalau mengajukan sudah sering. Tapi masih menunggu kabar apakah masuk anggarannya atau belum. Minimalnya dua ruang kelas agar siswa bisa belajar. Karena siswanya juga tidak banyak, untuk SDN Budisetra hanya 37 siswa dan SDN Ciawitali hanya 27 siswa,” kata dia.

Usman, guru SDN Budisetra, menuturkan, keberadaan sekolah tersebut sangat dibutuhkan. Pasalnya dengan adanya sekolah tersebut tidak ada anak yang putus sekolah.

“Kalau tidak ada sekolah ini akan banyak anak yang putus sekolah. Sekolah ini sangat vital dan memberantas buta huruf di pelosok. Kami harap segera diperbaiki bangunannya,” kata dia.

Sani, orangtua siswa, mengaku prihatin dengan kondisi sekolah tempat anaknya belajar yakni di SDN Budisetra. Apalagi kini siswa terpaksa belajar di bawah tenda darurat.

“Sedih kalau lihat anak-anak belajar di tenda, apalagi cuaca kan sedang panas. Kemarin juga ada yang sampai sakit siswanya. SDN Ciawitali juga kan dulu tempat saya sekolah, kondisinya lebih parah lagi,” kata dia.

Dia berharap bangunan sekolah tersebut diperbaiki agar siswa bisa belajar dengan nyaman.

“Kami orangtua tentu berharap segera dibangun, kasian anak-anak. Jangan sampai semangat belajar mereka luntur dengan kondisi sekolah yang seperti ini,” kata dia.

Akses menuju kedua sekolah tersebut, begitu ekstrem dengan jalan bebatuan dan terjal. Untuk sampai ke SDN Ciawitali saja terdapat beberapa tanjakan yang dipenuhi rumput liat. Sedangkan untuk menuju SDN Budisetra mereka harus melalui jalanan yang cukup ekstrim.

Jalur ekstrem tersebut setiap harinya dilalui para siswa untuk bersekolah. Tanpa menggunakan kendaraan, bahkan para siswa ini berjalan kaki dari rumah menuju sekolah menyusuri jalan yang dikelilingi hutan dilereng gunung, tak hanya itu saja bangunan dua SD Negeri di pelosok Cianjur tersebut sangat memprihatinkan.

SDN Ciawitali yang semula memiliki empat ruang kelas, kini hanya tersisa satu bangunan kecil yang berukuran sekitar 4×5 meter dengan kondisi yang sudah tidak layak.

Sedangkan untuk tiga ruang kelas lainnya sudah hancur, rata dengan tanah. Sekolah yang berdiri sejak 1979 sampai saat ini belum pernah direnovasi, sehingga membuat struktur bangunan tak lagi mampu bertahan.

Terakhir ruangan kelas yang sempat digunakan siswa belajar pun kini ambruk pada dua pekan lalu. Beruntung ambruknya bangunan tejadi di saat seluruh siswa sudah pulang.

Kondisi yang tak kalah memprihatinkan juga terlihat di SDN Budisetra, dimana tiga ruang kelas kondisinya rusak parah. Bahkan Kayu penyangga atap sekolah yang berdiri pada 1992 itu pun sudah patah dan sewaktu-waktu dapat ambruk.

Dinding ruang kelas juga Sudak terak dan bolong. Yang lebih memprihatinkan, lantai kelas bukan lagi keramik, tetapi berupa tanah.

Akibatnya, sejak pekan lalu siswa di dua sekolah ini terpaksa belajar di bawah tenda darurat. Siswa SDN Ciawitali belajar di bawah terpal di tengah reruntuhan kelas sedangkan siswa SDN Budisetra belajar di bawah tenda terpal yang dibangun di tengah lapang.(Deri)